Mitra DGM-Indonesia Mengikuti Pelatihan Penyusunan Rencana Usaha Komunitas Berkelanjutan






Pengelolaan sumber daya alam sebagai sumber mata pencaharian oleh Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal (MAKL) semakin menunjukkan kemajuan. Salah satunya karena dukungan perkembangan teknologi yang semakin maju. 

Memasuki tahun kelima DGM Indonesia (DGM-I), banyak mitra pelaksana DGM-I yang telah selesai dengan kegiatannya dan saat ini  dalam tahap akhir memastikan hak akses dan kelola lahan dan sumber daya alam mereka melalui skema perhutanan sosial, termasuk wilayah adat dengan hutan adat nya maupun reforma agraria. Namun setelah mendapatkan akses dan kelola tersebut, masyarakat masih dirasa belum siap karena tidak memiliki rencana yang lengkap untuk memanfaatkan lahan atau hutan yang mereka ajukan. Meski hal tersebut merupakan salah satu syarat yang diminta oleh pemerintah.

Masyarakat perlu menyadari besarnya aset yang mereka miliki setelah pemerintah memberikan hak akses dan kelola atas lahan dan sumberdaya alam yang mereka ajukan.

Untuk mengatasi dan mencari solusi situasi tersebut, Samdhana melalui Transformer Plus Indonesia melalui dukungan DGM-I membantu mitra-mitra pelaksana untuk mengembangkan rencana penghidupan masyarakat dan meletakkan dasar perencanaan yang lebih berkelanjutan.

Yaitu melalui rangkaian kegiatan pelatihan lanjutan yang dirancang untuk melatih dan mendampingi masyarakat dalam mengidentifikasi aset, mengenali kebutuhan dan mengembangkan kemampuan masyarakat untuk memanfaatkan aset dan merumuskan rencana usaha. 

Rangkaian kegiatan pelatihan livelihood yang bertajuk “Pengembangan Rencana Usaha Komunitas” ini telah dilaksanakan sejak Februari 2022. Diawali dengan kegiatan workshop identifikasi kebersiapan rancangan mata pencaharian komunitas, Selanjutnya, dilakukan pendampingan secara online terkait pembuatan kerangka kerja mata pencaharian berkelanjutan dan juga pelatihan livelihood yang diikuti oleh 29 mitra DGM-I dari 7 region. 

Selama pelatihan livelihood, mitra dan komunitas diberikan pendampingan online untuk menguatkan pemahaman mitra dari informasi yang telah diperoleh saat pelatihan dan untuk mendudukkan kerangka Suistainabilty Livelihood Framework (SLF) yang telah disusun kedalam rancangan usaha yang disepakati dalam bentuk pitch deck.

Sucie Ramadhanny selaku Grant Coordinator Samdhana Institute mengatakan untuk menguatkan pemahaman mitra dalam membuat proposal bisnis sebaiknya dilakukan asistensi teknis. Hal itu dilakukan dengan mengunjungi komunitas dan juga mengajak beberapa komunitas lainnya untuk berkumpul di salah satu tempat di komunitas. Sebanyak 12 mitra terlibat dalam  pendampingan offline dan 3 mitra melalui pendampingan online

Mitra yang mengikuti pendampingan secara offline pada akhirnya mampu membuat dokumen rencana usaha yang telah berbentuk proposal bisnis. Hal ini mendorong Samdhana untuk kembali mengadakan asistensi langsung kepada 14 mitra lainnya yang saat itu sedang dalam proses penyusunan rencana usaha,namun hanya didampingi secara online.

“Dua hari  pendampingan offline, dokumen rencana usaha dan juga pitch deck selesai disusun, melihat dari situ kok ini prosesnya lebih baik ya, coba deh lihat di tempat Komunitas kedua, dan itu juga sama, di tempat komunitas ketiga lalu keempat juga sama,” kata Sucie.

“Dari situ kami berpikir ini sebagian mitra dan komunitas sudah mempunyai proposal bisnis, sayang sekali kalau sebagian mitra dan komunitas itu tidak mendapatkan pengetahuan yang sama, jadi muncul ide untuk mempertemukan semuanya untuk menyusun rencana usaha komunitas menjadi proposal bisnis,” imbuhnya.

Dalam asistensi langsung yang berlangsung pada 17 dan 18 September 2022 di Sentul, Bogor tersebut diikuti 14 mitra beserta perwakilan dari masing-masing komunitas. Di antaranya, PD AMAN HST, PD AMAN Kepulauan Tanimbar, PW AMAN Sumba, PD AMAN Sekadau, Perkumpulan Qbar, RSBI NTT dan masih banyak lain. 

Mitra-mitra DGM-I tampak antusias mengidentifikasi aspek-aspek yang dibutuhkan dalam pembuatan rencana usaha komunitas. Salah satunya Ayaturrahman selaku Ketua PD AMAN Bima. Ia hadir bersama dua orang perwakilan Komunitas Sanggar. 

PD AMAN  Bima merupakan mitra Samdhana untuk menyalurkan bantuan dari DGMI kepada Komunitas Sanggar yang berlokasi di Bima. Dari bantuan itu, Komunitas Sanggar telah mengikuti berbagai pelatihan , sepeti pembuatan pakan ternak sapi dari pupuk kompos dan pelatihan mengembangkan usaha peternakan sapi.

Dalam kesempatan ini, ia mengusulkan rencana usaha penggemukan sapi potong yang sudah mulai dijalankan oleh Komunitas Sanggar di Bima.

Selama mengikuti asistensi langsung, ia mendapat banyak ilmu terkait penyusunan proposal usaha yang dapat menyakinkan investor agar dapat membiayai rencana usaha mereka 

“Kalau online kan waktunya terbatas, sulit komunikasi  dan materinya sendiri tidak terlalu bisa dipahami apalagi yang menyangkut hitungan angka, ya jadi hanya sebatas mengerti tapi pengembangannya sulit karena tidak didampingi secara langsung,” kata Ayat.

“Kalau offline ini enak, karena kami bisa berdiskusi secara langsung dan ada yang mendampingi saat hitung-hitungannya jadi bisa diarahkan,” imbuhnya.

Setelah mengikuti asistensi langsung ini, Ayat dan Komunitas Sanggar lebih bersemangat untuk mengembangkan rencana usaha penggemukan sapi potong. Bahkan, tidak menutup kemungkinan untuk membuat usaha rumah potong sapi yang lebih menjanjikan.

“Ketika berbicara tentang sapi potong ada usaha turunan lain [rumah potong], dan sasaran pasarnya jelas, penjual bakso, tapi menjamin mutunya itu yang sulit karena fasilitas pendukung untuk ini belum memadai tapi kerangka besarnya memang penggemukan sapi untuk sapi potong,” kata Ayat.

Semangat yang sama juga disampaikan oleh Sucie yang berharap masing-masing komunitas dapat membuat proposal bisnis sederhana untuk mengembangkan unit usaha. Ia juga berharap mitra dan komunitas mengetahui potensi mereka. Sehingga proposal bisnis yang telah disusun, diharapkan tidak hanya menjadi dokumen yang hanya disimpan saja, lebih dari itu, dilakukan pengembangan & pembaharuan agar dapat terus berkelanjutan.

“Melalui pelatihan ini, mitra mendapat pengetahuan untuk merancang kebutuhan investasi dan modal, simulasi perhitungan cara menghitung HPP dan strategi dalam menentukan harga, jadi mitra dan Komunitas  sudah tahu caranya, mereka juga bisa berlatih sendiri dengan mencoba potensi apa yang akan dikembangkan, jadi [pendampingan] ini tidak hanya berfungsi untuk mitra dan komunitas saja bisa juga untuk pribadi masing-masing, diharapkan mitra dapat menjadi fasilitator untuk komunitasnya dalam memberikan pengetahuan mengenai penyusunan rencana usaha,” kata Sucie.

Terakhir, ia berharap komunitas bisa mengurus Izin Nomor Induk Berusaha (NIB) & izin Produksi Industri Rumah Tangga (PIRT) dari produk usahanya. 

0 Comments