Cerita dari Mitra 2020



National Executing Agency (NEA) DGM-I Samdhana Institute, merilis rangkuman cerita dari mitra kerja sepanjang tahun 2019 hingga 2020 lalu. Cerita ini terangkum dalam publikasi terbaru "DGM Indonesia : Cerita dari Mitra 2020". Catatan kegiatan mitra di region Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Publikasi dalam 12 halaman ini memuat empat cerita pilihan menggambarkan sebagian kerja mitra dari region Jawa (Desa Gerduren: Perjuangan Partisipasi Perempuan dalam Pengelolaan Hutan, Perjuangan hak Tenurial dan Kepastian Mata Pencaharian di Banyuwangi), Aceh (Kedaulatan Hutan Adat di Aceh) dan Kalimantan Barat (Keberhasilan Perjuangan Hak Masyarakat Adat Memperoleh Pengakuan di Tengah Pandemi).

Publikasi ini ditulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris. 

Mekanisme Hibah Khusus atau yang dikenal sebagai Dedicated Grant Mechanism (DGM) telah berjalan semenjak tahun 2017 di Indonesia. Awalnya dirancang untuk meningkatkan kemampuan Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal (MAKL) hingga dapat terlibat penuh dalam proses mendapatkan kepastian akses dan hak hutan serta mendapatkan peluang peningkatan penghidupan. Empat tahun kemudian, dibawah dukungannya 63 proyek telah berjalan, tersebar di tujuh region di Indonesia (Sumatera, Jawa, Bali Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua) dan melibatkan lebih dari 150 komunitas.

Proses klarifikasi tenurial merupakan jalan panjang dan berliku. Berbagai macam cara ditempuh oleh mitra-mitra DGM Indonesia, termasuk diantaranya upaya legalisasi penetapan masyarakat adat, penetapan hutan adat hingga proses-proses yang terkait reformasi agraria. Dimulainya Pandemi COVID-19 pada awal 2020 membuat jalan panjang yang harus dilalui semakin terjal. Penundaan hampir seluruh kegiatan disertai keterbatasan mobilitas pada paruh pertama tahun 2020 tidak meluruhkan semangat mitra-mitra DGM Indonesia. Cerita dari Mitra kali ini mengangkat upaya-upaya tersebut.

Cerita pertama berlokasi di Desa Gerduren, Kecamatan Purwojati, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, mengangkat peran penting perempuan dalam pengelolaan hutan. Cerita kedua mengisahkan upaya pengajuan hutan adat ditengah-tengah penguasaan sektor privat di Kemukimen Nosar dan Kemukimen Bintang, Aceh Tengah, Nangroe Aceh Darussalam. Cerita ketiga mengisahkan upaya empat kelompok masyarakat di Desa Kedungasri, Kendalrejo, Sumberasri dan Grajagan, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur dalam mengamankan akses mereka ke hutan melalui skema perhutanan sosial. Sementara cerita terakhir mengisahkan upaya masyarakat adat mendapatkan pengakuan dan memiliki hak akses dan kelola lahan serta sumber daya alam dari Pemerintah Kabupaten Sekadau dan Sanggau, Kalimantan Barat.

Dengan membaca cerita-cerita ini, kami harap pembaca dapat ikut merasakan keberagaman yang ada dalam pelaksanaan Proyek DGM Indonesia. Harapannya, keberagaman ini bisa menjadi inspirasi perjuangan serupa di daerah lain. 


Selengkapnya bisa baca atau unduh disini

0 Comments